Aspartam, N-(L-α-Aspartil)-L-fenilalanin,
memiliki massa relatif 294,3 g/mol dengan rumus molekul C14H18N2O5 dan
massa jenis 1,347 g/cm3. Aspartam adalah salah satu jenis pemanis buatan.
Merupakan metil ester dari dua asam amino, yaitu asam aspartat dan fenilalanin.
Dalam kondisi asam atau basa kuat, aspaartam dapat terurai menjadi metanol
melalui proses hidrolisis. Aspartam ditemukan oleh James M. Schlatter
yang bekerja untuk G.D.
Searle & Company pada tahun 1965 sebagai tahap antara pada proses
sintesis hormon gastrin.
Aspartam,
dikenal juga dengan kode E951, memiliki kadar kemanisan 200 kali lipat dari
gula (sukrosa). Banyak dijumpai pada produk-produk minuman dan makanan/permen
rendah kalori. Nama dagang aspartam sebagai pemanis buatan antara lain Equal, Nutrasweet
dan Canderel.
Beberapa kelebihan yang dimiliki aspartam diantaranya:
1. Memiliki kandungan energy yang cukup rendah, 4 Kcal/g
2. Cita rasa mirip dengan gula tanpa ada rasa pahit
3. Tidak menyebabkan kerusakan pada gigi
4. Memperkuat cita rasa buah-buahan pada makanan dan minuman
5. Aman bagi penderita diabetes.
Beberapa
organisasi pangan dunia telah memberikan rekomendasi dosis penggunaan aspartam,
diantaranya:
·
Food and Drug
Administration (FDA), menyatakan bahwa
jumlah asupan harian yang bisa diterima tubuh untuk aspartam adalah 50 mg/kg
berat badan manusia.
·
Eroupe Food Safety
Authority (EFSA), merekomendasikan batasan
penggunaan aspartam 40 mg/kg berat badan manusia.
Menurut US Food and Drug
Administration (FDA), The Joint Expert Committee on Food Additives(JECFA),
American Medical Association (AMA), The American Council On Sience and Health
(ACSH) aspartam merupakan bahan makanan yang aman bagi kesehatan, hanya
berpengaruh pada rasa manis, sehingga dinyatakan aman digunakan baik untuk
penderita kencing manis, wanita hamil, wanita menyusui bahkan anak-anak.
Tetapi, ada satu pengecualian keamanan konsumsi aspartam, yaitu tidak aman
untuk penderita fenilketonuria.
Fenilketonuria adalah penyakit
dimana penderita tidak dapat memetabolisme fenilalanin secara baik karena tubuh
tidak mempunyai enzim yang dapat mengoksidasi fenilalanin menjadi tirosin sehingga
bias menyebabkan kerusakan otak pada anak. Bukan hanya dari aspartam,
fenilalanin juga dapat diperoleh dari makanan yang mengandung fenilalanin
seperti daging dan produk susu. Oleh karena itu, pada setiap produk yang
mengandung aspartam selalu ada peringatan untuk penderita fenilketonuria bahwa
produk tersebut mengandung fenilalanin.
Walau dinyatakan aman,
ada beberapa efek yang timbul diakibatkan oleh aspartam jika dikonsumsi secara
berlebih, meskipun efek tersebut belum bisa dipastikan kebenarannya karena
masih minimnya penelitian yang dilakukan. Efek yang timbul biasanya berupa efek
keracunan. Efek ini pada umumnya dibagi menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu:
1. Efek Keracunan Akut
Keracunan akut biasanya timbul dalam kurun waktu 48 jam
setelah mengkonsumsi produk yang mengandung aspartam. Pada survey
epidemiologis, dari 551 orang yang dilaporkan mengalami keracunan aspartam,
gejala yang timbul ialah mual, muntah, nyeri perut, mata kabur, pandangan
menyempit, nyeri kedua bola mata hingga kebutaan, jantung berdebar dan sesak
napas.
2. Efek Keracunan Kronis
Keracunan kronis biasanya dapat timbul dalam hitungan hari
hingga tahun setelah mengkonsumsi aspartam dalam jangka panjang. Gejala yang
sering timbul pada keracunan kronis adalah perubahan pola menstruasi, rambut
rontok, rasa haus yang berlebihan, nyeri pada sendi dan mudah mengalami
infeksi.
3. Efek Toksik
Efek toksik ini sulit dikenali oleh pengguna aspartam.
Gejala yang sering timbul pada efek toksik diantaranya sakit kepala, telinga
berdenging, pusing, penurunan daya ingat, depresi, mudah tersinggung, kecemasan
berlebihan. Gejala ini seringkali tidak disadari baik oleh yang bersangkutan
maupun oleh dokter.
Walaupun
demikian, efek-efek yang timbul tersebut masih belum dapat dipastikan benar
atau tidaknya karena belum diklarifikasi melalui penelitian yang intensif.
Adapun
penelitian yang menggunakan aspartam sebesar 34 mg/kg berat badan menunjukkan
bahwa walaupun hasil metabolisme aspartam dapat melewati sawar darah plasenta,
jumlahnya tidak bermakna untuk sampai dapat menimbulkan gangguan saraf pada
janin. Penelitian besar yang dilakukan terhadap manusia, bukan hewan tikus
menjelaskan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa minuman soda yang
mengandung pemanis aspartam dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker.
Aspartam dapat diurai oleh tubuh menjadi kedua asam amino tersebut dan termasuk
pemanis nutritif. Hanya, aspartam tidak tahan suhu tinggi, karena pada suhu
tinggi aspartam terurai menjadi senyawa yang disebut diketopiperazin yang
meskipun tidak berbahaya bagi tubuh, tetapi tidak lagi manis. Karena itu,
aspartam tidak dipakai dalam produk pembuat kue dan dipakai hanya untuk
minuman, es krim, dan yoghurt. Jika dicerna secara normal oleh tubuh, aspartam
akan menghasilkan asam aspartat dan fenilalanina. Dengan demikian, aman untuk
dikonsumsi.
Meskipun
demikian, sebaiknya kita tidak terlalu mengkonsumsi makanan dan minuman yang
menggunakan zat tambahan sintetis, perbanyak mengkonsumsi makanan dan minuman
yang terbuat dari bahan-bahan alami agar kesehatan kita lebih terjaga.
Reblog dari blog Hikmat
*Dirangkum
dari beberapa sumber dengan pengeditan dan penambahan seperlunya*